Rindu

"Apalah arti memiliki?
Ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami.
Apalah arti kehilangan?
Ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan.
Apalah arti cinta?
Ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?
Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja.”

Ini ada kisah tentang masa lalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi. Tentang kehilangan kekasih hati. Tentang cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan. (Rindu by Tere Liye)
Yup, itu adalah sinopsis yang tertulis pada sampul Novel Rindu karya Tere Liye, salah satu novel luar biasa yang pernah aku baca, kenapa aku sebut luar biasa? pertama, bukunya luar biasa tebal yaitu sebanyak 544 halaman, kedua, novel ini novel bertemakan sejarah yang berhasil menyempilkan nilai-nilai religius di dalamnya. Banyak banget nasihat kehidupan yang aku temukan di dalam novel ini. 
                                                    






https://bukurepublika.id/product/rindu-2018/  

Ringkasnya, novel ini menceritakan mengenai perjalanan sebuah kapal uap bernama Blitar Holland yang mengantarkan para calon jamaah haji Indonesia dari Pelabuhan Makassar menuju ke Mekkah, cerita ini ber setting tahun 1938. Dari novel ini pula aku tahu kalau jaman dulu naik haji itu perjalanannya bisa berbulan-bulan karena melalui jalur laut, bayangin betapa lamanya mereka di laut. Dalam novel ini ada 5 karakter utama dengan kisah mereka sendiri, kisah mereka berkaitan dengan 5 hal yang sudah disinggung dalam sinopsis diatas, tentang masa lalu yang memilukan, tentang kebencian, tentang kehilangan, tentang cinta sejati dan yang terakhir tentang kemunafikan.  Semua kisah berhasil dikemas dengan sangat rapi dan menarik sampai-sampai buku setebal 544 halaman sama sekali tidak membuatku merasa bosan. Yah, itulah hebatnya Tere Liye.

Setiap kisah yang diceritakan berhasil membuatku terbawa suasana, belum lagi semua pertanyaan yang mucul dari kisah tersebut, rasanya setiap selesai membaca pertanyaan dari setiap kisah aku seperti merasa kalau pertanyaan itu adalah pertanyaan yang muncul dari diriku sendiri "wah, iya juga, aku pernah mempertanyakan hal yang sama dengan ini" dan akhirnya aku jadi terus membaca karena ingin mencari tahu jawaban dari pertanyaan itu. Salah satu kisah yang paling berkesan buat aku adalah kisah Daeng Adipati, seseorang yang terlihat begitu sukses dan bahagia dengan apa yang dimilikinya saat itu tapi ternyata menyimpan kebencian yang begitu mendalam pada sosok Ayahnya.

Mengingat ingatanku yang tidak cukup baik tentang sosok Ayah di masa kecil membuatku merasa semakin tertarik dengan kisah Daeng Adipati. Aku tidak menyimpan dendam dan kebencian seperti yang digambarkan pada sosok Daeng Adipati, tapi aku juga tidak akan berbohong kalau terkadang aku masih merasa sulit untuk memaafkan. Dari novel ini aku mendapatkan beberapa pesan yang sangat menyentuh dan rasanya seperti mendapat terguran untuk diriku sendiri.

"Saat kita membenci orang lain, sebenarnya kita membenci diri sendiri. Terima dengan sepenuh hati, maka kau akan bahagia dengan pilihanmu".

"Saat kita memutuskan memaafkan seseorang, bukan persoalan orang itu salah dan kita benar. Apakah orang itu jahat atau aniaya. Bukan! Kita memutuskan memaafkan seseorang karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati"

"Kesalahan itu ibarat halaman kosong. Tiba-tiba ada yang mencoretnya dengan keliru. Kita bisa memaafkannya dengan menghapus tulisan tersebut, baik dengan penghapus biasa, maupun dengan penghapus canggih, dengan apa pun itu. Tapi tetap tersisa bekasnya. Tidak akan hilang. Agar semuanya benar-benar bersih, hanya satu jalan keluarnya , bukalah lembaran kertas baru yang benar-benar kosong."

Selain pesan-pesan diatas masih banyak pesan-pesan lain yang tidak kalah menyentuh dan bagus untuk dijadikan bahan renungan, ini adalah salah satu alasan mengapa menurutku Novel Rindu karangan Tere Liye ini adalah salah satu novel yang paling tepat dibaca saat ingin menenangkan hati dan pikiran. Jadi tunggu apalagi, kalau kalian belum baca, yuk, baca Novel ini segera :)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Papua

Games Pengisi Waktu Luang

Move On dari FUS